Blogger news

Welcome to my blog.. Thanks for visited ^,^

Popular Posts

19 October 2013

Resensi Buku Alive





 
Saya akan membahas sedikit tentang sebuah buku berjudul ALIVE. Buku ini menceritakan tentang insiden jatuhnya pesawat di Pegunungan Andes. Insiden ini terjadi pada tanggal 12 Oktober 1972. Buku ini menceritakan tentang kisah nyata yang terjadi lebih dari 40 tahun yang lalu, pengalaman tentang orang-orang yang bertahan hidup di tengah-tengah Pegunungan Andes, tanpa makanan selama 70 hari. Pesawat mereka jatuh dan pecah menjadi dua bagian, ekor dan badan pesawat. Letak kedua bagian pesawat ini terpisah cukup jauh, seolah menandakan bahwa kecelakaan ini cukup parah. Pesawat tersebut pun jatuh di tempat yang sangat tidak biasa, di atas pegunungan Andes dengan ketinggian sekitar 12.000 kaki yang hanya dikelilingi oleh salju. Tidak ada satupun tumbuhan yang hidup di sana dan begitupun dengan hewan. 16 orang penumpang pesawat itu langsung tewas pada hari itu juga ditambah 1 orang yang menghilang karena mencoba berjalan sendiri di tengah-tengah bukit salju yang luas. 28 orang bertahan hidup, namun beberapa di antaranya bertahan dengan luka yang cukup parah.

Tidak ada persediaan makanan yang cukup untuk mereka, hanya beberapa batang coklat, beberapa bungkus rokok, beberapa botol minuman, dan sedikit makanan ringan yang merupakan bekal mereka saat akan melakukan penerbangan ke Chile. Pakaian yang tersisa pun hanyalah pakaian yang mereka kenakan pada saat itu, karena koper-koper mereka ada di bagian ekor pesawat yang terdapat di atas gunung. Dari sinilah kengerian cerita ini mulai terasa. Mereka yang selamat merasa bahwa mereka akan dapat segera diselamatkan dan keluar dari tempat itu. Itu karena mereka mendengar suara pesawat terbang di atas mereka dan menganggap bahwa itu adalah tim penyelamat yang ditugaskan untuk menyelamatkan mereka. Tetapi, pesawat tersebut hanya melintas saja dan tidak pernah kembali lagi. Mereka sampai putus asa karena beberapa kali pesawat terbang di atas mereka (pernah mereka mendengar pesawat yang terbang rendah) tetapi tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka di bawah.

Akhirnya mereka bertahan hidup di tengah salju dengan peralatan seadanya. Jika mereka ingin minum, mereka harus mencairkan salju dengan cara meletakkan salju tersebut di atas lempengan besi dan mengalirkannya ke dalam kaleng. Mereka harus menghemat persediaan makan mereka sehingga satu orang hanya bisa makan satu potongan coklat dalam satu hari bahkan mungkin kurang dari itu. Satu orang berhasil menyalakan radio dan mendengarkan berita bahwa pencarian pesawat yang hilang menunjukkan hasil yang negatif selama beberapa hari semenjak pesawat tersebut jatuh. Berita tersebut semakin menambah keputusasaan korban pesawat yang masih bertahan hidup itu. Di hari ketujuh, persediaan makanan sudah semakin menipis, dan kalau tidak ada lagi yang dapat mereka makan, mereka semua akan mati kelaparan. Satu cara yang diusulkan dan yang paling tragis adalah, mereka harus memakan daging manusia yang telah mati. Tentu penolakan terdapat dimana-mana, tetapi kenyataannya memang hanya itulah satu-satunya jalan untuk bertahan hidup. Pada hari ke 10, mereka mulai mengiris daging mayat yang tidak lain adalah teman mereka sendiri, menjemurnya di atas badan kapal, dan memakannya mentah-mentah. Kondisi mayat masih dalam keadaan baik dan tidak membusuk, karena suhu dingin di atas gununglah yang mempertahankan bentuk mayat tersebut.

Tanggal 29 Oktober, 17 hari setelah kecelakaan, penderitaan mereka semakin bertambah. Terjadi longsoran salju yang mengubur badan pesawat tempat mereka tidur dan berlindung. Beberapa orang yang sedang tidur terkubur hidup-hidup. Beberapa dapat diselamatkan, tetapi ada beberapa yang terlambat diselamatkan. Kepedihan dan keputusasaan semakin melanda. Bahkan karena sangat putus asa, ada yang mengeluh mengapa bukan dia saja yang mati terkubur salju, supaya segera berakhir penderitaannya.

Hari demi hari, minggu demi minggu berlalu tanpa ada kepastian apakah mereka akan dapat diselamatkan dan keluar dari nereka salju ini. Namun, setiap hari mereka selalu berharap bahwa besok mereka akan diselamatkan, walaupun pada kenyatannya tidak. Jumlah yang meninggal pun semakin bertambah. Sampai akhirnya mereka merencanakan skenario penyelamatan sendiri, yaitu dengan melakukan ekspedisi menjelajahi gunung dan menuruninya. Setelah persiapan yang matang, 3 orang ditunjuk untuk melakukan ekspedisi yang berbahaya ini. Akhirnya mereka berangkat, tetapi setelah 3 hari 1 orang di antara mereka kembali ke badan pesawat karena khawatir bekal yang mereka bawa tidak cukup untuk 3 orang selama beberapa hari. 2 orang tetap melakukan perjalanan selama 10 hari sampai akhirnya mereka tiba di sebuah lembah dan bertemu dengan penduduk sekitar. Awal dari mimpi buruk mereka telah berakhir, selanjutnya 2 orang tersebut diselamatkan dan tim penyelamat segera diturunkan untuk mengevakuasi ke-14 orang lainnya yang masih ada di atas gunung. Mimpi buruk telah berakhir. 16 orang telah mampu bertahan selama 70 hari di neraka salju.

Bagi saya, buku ini adalah buku yang sangat bagus. Kisah tragis, menginspirasi, mengejutkan, menakutkan, dan nyata, semua terdapat di dalam buku ini. Kita dapat melihat kenyataan sikap orang-orang yang ada di depan kematian, dan berjuang melewatinya. Berikut ini adalah beberapa foto yang mereka ambil saat di Pegunungan Andes :





Untuk melihat foto-foto sebelum dan sesudah kejadian, kalian bisa lihat di http://www.viven.com.uy/571/Eng/FotosIneditas.asp.